Rabu, 12 September 2012

LAPORAN PRAKTIKUM


LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR 1

PENGENCERAN LARUTAN

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Larutan merupakan campuran homogeny antara dua larutan zat yang berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita membuat the dan terkadang terlalu manis dan kita biasanya menambahkan air yang merupakan pelarut, itu merupakan gambaran secara umum tentang pengenceran. Dalam dunia pendidikan biasanya bahan yang digunakan yakni bahan kimia, maka dalam pengerjaannya harus lebih hati-hati sehingga tidak membahayakan bagi diri sendiri maupun orang lain. Pengetahuan tentang pengenceran larutan ini penting agar praktikan dapat menyediakan larutan yang pas untuk penelitian.

BAB 2

DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Larutan adalah campuran homogeny antara dua zat terlarut dan pelarut, pelarut yang umumnya digunakan adalah air, untuk mengatakan zat pelarut dan terlarut dikenal istilah konsentrasi. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara seperti persen per berat (%/W) persen per volum (%/V), molaritas, molalitas, ppm, fraksimile, dan lain-lain (Anynomous,2009).

Larutan encer dapat dibuat dari larutan pekat dengan mengambil sejumlah larutan pekat dan ditambahkan air dengan volume tertentu jumlah larutan pekat yang di ambil dan air yang ditambahkan dihitung dengan rumus (Syukri,1999).

MV = M V

Dalam pekerjaan sehari-hari dilaboratorium biasanya menggunakan larutan yang lebih rendah konsentrasinya dengan menambahkan pelarutnya. Banyak laboratorium membuat larutan senyawa yang pekat dengan menggunakan aquades biasanya sangat ekonomis. Biasanya larutan ini sangat pekat dan harus diencerkan, proses pengenceran adalah mencampur larutan tersebut (Syukri,1999).

Pada percobaan umumnya asam-asam anorganik berupa cairan pekat ada yang berasap atau bersifat korosif, zat cair organic umumnya bersifat mudah menguap dan mudah terbakar. Asam-asam anorganik dan beberapa cairan organic sering harus disiapkan sebagai sediaan berupa larutannya yang lebih encer dalam suatu pelarut (Mulyono,2005).

Teknik pengenceran melibatkan teknik pengukuran volume dan teknik pelarutan. Tentang kedua teknik ini beberapa hal harus diperhatikan seperti diuraikan berikut ini (Mulyono,2005).

Hitung volum cairan pekat dan volum aquades yang akan diukur dan disiapkan didalam gelas kimia. Teknik pengenceran dari larutan kurang pekat menjadi larutan yang lebih encer lebih mudah dilakukan dan tidak diperlukan diruang asam (Mulyono,2005).

Satuan konsentrasi dilakukan berdasarkan tujuan pengukuran. Keuntungan penggunaan molaritas adalah karena biasanya lebih mudah untuk mengukur volume. Molaritas tidak tergantung pada suhu, sebab konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol zat terlarut dan massa pelarut, sedangkan  pada volume larutan umumnya meningkatkan suhu. Larutan yang memiliki molaritas 0,1M pada 25⁰C mungkin menjadi 0,97 M pada 45⁰C karena volumenya meningkat (Chang,2004).

Kadang-kadang diperlukan persiapan larutan encer dengan konsentrasi tertentu dari suatu larutan yang lebih pekat dengan cara menambahkan pelarut murni. Andaikan konsentrasi awal (molaritas) diketahui sebagai Cf dan volume awalnya V, jumlah zat terlarutnya ialah (Cf mol C) (Cf L) = CpVp ini tidak berubah karena pengenceran menjadi volume akhir Vf karena hanya pelarut dan bukan zat terlarut yang ditambahkan (Norman,1998).

Cf = Vf = Cp.Vp

Molaritas akhirnya adalah:

Cf =  =

2.2 Tinjauan Bahan

2.2.1 Aquades

Aquades tersusun atas hydrogen perixida maksimal 49.9%, aquades ini berwarna putih bening seperti air. Aquades adalah air biasa yang telah mengalami penyulingan sehingga tidak memiliki kandungan mineral apapun dan juga ridak ada campuran apapun, berperan sebagai pelarut (Fatih,2008).

2.2.2

NaCl disebut juga sebagai garam, secara fisik NaCl tidak berbau dan berbentuk serbuk putih, memiliki titik didih (2575 F) 1413 t. NaCl atau garam stabil dibawah kondisi biasa penggunaan dan penyimpanan, berbahaya bila terjadi dekomposisi produk saat dipanaskan diatas 801C (1474 F) mengeluarkan asap beracun klorida dan natrium oksida. Adapun efek kesehatan yang terjadi bila terhirup gasnya yaitu iritasi ringan pada selaput lendir hidung dan tenggorokan, bila tertelan dalam jumlah besar (dosis besar) dehidrasi dan kemacetan terjadi sebagai organ internal dan jika kontak langsung dengan mata maka akan menjadi iritasi ringan

2.2.3 Gula (sukrosa)

Sukrosa berwarna Kristal putih dan atau bubuk. Memiliki titik lebur 160-180C (berkomposisi) densitas atau massa jenisnya 1,5 g/cm kelarutan dalam air bersifat substansial, memiliki indeks bias dan bersifat mudah terbakar. Tidak kompantibel dengan agen oksida yang kuat invertasi hydrolyzed oleh asam dan encer. Taksologi bubuk menyebabkan iritasi pernafasan tidak berbahaya untuk darat, udara dan laut. Perlindungan pribadi saat ini tidak berbahaya bagi kesehatan (faith,2008).

2.2.4 Asam Sulfat (HSO)

Sinonimnya adalah minyak vitrol, memiliki sifat murni tidak dapat ditemukan secara alami dibumi oleh karena sifatnya yang higrokopis. Penampilannya bisa bening, cair, tidak berwarna dan tidak berbau. Identifikasi bahaya sangat berbahaya dalam kasus kulit kontak (korosif,intan,permiator) kontak mata (iritasi,korosif) dan inhasi. Cair atau kabut semprotan dapat menghasilkan kerusakan jaringan (selaput lendir, mata, mulut, dan saluran pernafasan) inhasi kabut semprot dapat menghasilkan iritasi parah pernafasan saluran ditandai dengan batuk, tersedak atau sesak nafas parah (over eksposis dapat mengakibatkan kematian) peradangan mata ditandai dengan kemerahan berair dan gatal-gatal. Radang kulit ditandai dengan gatal-gatal, memerah atau blistering

DAFTAR PUSTAKA

Chang,Raymond. 2004. Kimia dasar. Jakarta : Erlangga

Syukri. 1999. Kimia dasar. Bandung : ITB press

Norman,H Nachtrieg. 1998. Prinsip-prinsip kimia. Jakarta : Erlangga

Mulyono. 2005. Membuat reagen kimia dilaboratorium. Jakarta : Bumi Aksara

 

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR 1

PENGENCERAN LARUTAN

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Larutan merupakan campuran homogeny antara dua larutan zat yang berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita membuat the dan terkadang terlalu manis dan kita biasanya menambahkan air yang merupakan pelarut, itu merupakan gambaran secara umum tentang pengenceran. Dalam dunia pendidikan biasanya bahan yang digunakan yakni bahan kimia, maka dalam pengerjaannya harus lebih hati-hati sehingga tidak membahayakan bagi diri sendiri maupun orang lain. Pengetahuan tentang pengenceran larutan ini penting agar praktikan dapat menyediakan larutan yang pas untuk penelitian.

BAB 2

DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Larutan adalah campuran homogeny antara dua zat terlarut dan pelarut, pelarut yang umumnya digunakan adalah air, untuk mengatakan zat pelarut dan terlarut dikenal istilah konsentrasi. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara seperti persen per berat (%/W) persen per volum (%/V), molaritas, molalitas, ppm, fraksimile, dan lain-lain (Anynomous,2009).

Larutan encer dapat dibuat dari larutan pekat dengan mengambil sejumlah larutan pekat dan ditambahkan air dengan volume tertentu jumlah larutan pekat yang di ambil dan air yang ditambahkan dihitung dengan rumus (Syukri,1999).

MV = M V

Dalam pekerjaan sehari-hari dilaboratorium biasanya menggunakan larutan yang lebih rendah konsentrasinya dengan menambahkan pelarutnya. Banyak laboratorium membuat larutan senyawa yang pekat dengan menggunakan aquades biasanya sangat ekonomis. Biasanya larutan ini sangat pekat dan harus diencerkan, proses pengenceran adalah mencampur larutan tersebut (Syukri,1999).

Pada percobaan umumnya asam-asam anorganik berupa cairan pekat ada yang berasap atau bersifat korosif, zat cair organic umumnya bersifat mudah menguap dan mudah terbakar. Asam-asam anorganik dan beberapa cairan organic sering harus disiapkan sebagai sediaan berupa larutannya yang lebih encer dalam suatu pelarut (Mulyono,2005).

Teknik pengenceran melibatkan teknik pengukuran volume dan teknik pelarutan. Tentang kedua teknik ini beberapa hal harus diperhatikan seperti diuraikan berikut ini (Mulyono,2005).

Hitung volum cairan pekat dan volum aquades yang akan diukur dan disiapkan didalam gelas kimia. Teknik pengenceran dari larutan kurang pekat menjadi larutan yang lebih encer lebih mudah dilakukan dan tidak diperlukan diruang asam (Mulyono,2005).

Satuan konsentrasi dilakukan berdasarkan tujuan pengukuran. Keuntungan penggunaan molaritas adalah karena biasanya lebih mudah untuk mengukur volume. Molaritas tidak tergantung pada suhu, sebab konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol zat terlarut dan massa pelarut, sedangkan  pada volume larutan umumnya meningkatkan suhu. Larutan yang memiliki molaritas 0,1M pada 25⁰C mungkin menjadi 0,97 M pada 45⁰C karena volumenya meningkat (Chang,2004).

Kadang-kadang diperlukan persiapan larutan encer dengan konsentrasi tertentu dari suatu larutan yang lebih pekat dengan cara menambahkan pelarut murni. Andaikan konsentrasi awal (molaritas) diketahui sebagai Cf dan volume awalnya V, jumlah zat terlarutnya ialah (Cf mol C) (Cf L) = CpVp ini tidak berubah karena pengenceran menjadi volume akhir Vf karena hanya pelarut dan bukan zat terlarut yang ditambahkan (Norman,1998).

Cf = Vf = Cp.Vp

Molaritas akhirnya adalah:

Cf =  =

2.2 Tinjauan Bahan

2.2.1 Aquades

Aquades tersusun atas hydrogen perixida maksimal 49.9%, aquades ini berwarna putih bening seperti air. Aquades adalah air biasa yang telah mengalami penyulingan sehingga tidak memiliki kandungan mineral apapun dan juga ridak ada campuran apapun, berperan sebagai pelarut (Fatih,2008).

2.2.2

NaCl disebut juga sebagai garam, secara fisik NaCl tidak berbau dan berbentuk serbuk putih, memiliki titik didih (2575 F) 1413 t. NaCl atau garam stabil dibawah kondisi biasa penggunaan dan penyimpanan, berbahaya bila terjadi dekomposisi produk saat dipanaskan diatas 801C (1474 F) mengeluarkan asap beracun klorida dan natrium oksida. Adapun efek kesehatan yang terjadi bila terhirup gasnya yaitu iritasi ringan pada selaput lendir hidung dan tenggorokan, bila tertelan dalam jumlah besar (dosis besar) dehidrasi dan kemacetan terjadi sebagai organ internal dan jika kontak langsung dengan mata maka akan menjadi iritasi ringan

2.2.3 Gula (sukrosa)

Sukrosa berwarna Kristal putih dan atau bubuk. Memiliki titik lebur 160-180C (berkomposisi) densitas atau massa jenisnya 1,5 g/cm kelarutan dalam air bersifat substansial, memiliki indeks bias dan bersifat mudah terbakar. Tidak kompantibel dengan agen oksida yang kuat invertasi hydrolyzed oleh asam dan encer. Taksologi bubuk menyebabkan iritasi pernafasan tidak berbahaya untuk darat, udara dan laut. Perlindungan pribadi saat ini tidak berbahaya bagi kesehatan (faith,2008).

2.2.4 Asam Sulfat (HSO)

Sinonimnya adalah minyak vitrol, memiliki sifat murni tidak dapat ditemukan secara alami dibumi oleh karena sifatnya yang higrokopis. Penampilannya bisa bening, cair, tidak berwarna dan tidak berbau. Identifikasi bahaya sangat berbahaya dalam kasus kulit kontak (korosif,intan,permiator) kontak mata (iritasi,korosif) dan inhasi. Cair atau kabut semprotan dapat menghasilkan kerusakan jaringan (selaput lendir, mata, mulut, dan saluran pernafasan) inhasi kabut semprot dapat menghasilkan iritasi parah pernafasan saluran ditandai dengan batuk, tersedak atau sesak nafas parah (over eksposis dapat mengakibatkan kematian) peradangan mata ditandai dengan kemerahan berair dan gatal-gatal. Radang kulit ditandai dengan gatal-gatal, memerah atau blistering

DAFTAR PUSTAKA

Chang,Raymond. 2004. Kimia dasar. Jakarta : Erlangga

Syukri. 1999. Kimia dasar. Bandung : ITB press

Norman,H Nachtrieg. 1998. Prinsip-prinsip kimia. Jakarta : Erlangga

Mulyono. 2005. Membuat reagen kimia dilaboratorium. Jakarta : Bumi Aksara

 

1 komentar: