LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR 1
PENGENCERAN LARUTAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Larutan merupakan campuran
homogeny antara dua larutan zat yang berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari
sering kita membuat the dan terkadang terlalu manis dan kita biasanya
menambahkan air yang merupakan pelarut, itu merupakan gambaran secara umum
tentang pengenceran. Dalam dunia pendidikan biasanya bahan yang digunakan yakni
bahan kimia, maka dalam pengerjaannya harus lebih hati-hati sehingga tidak
membahayakan bagi diri sendiri maupun orang lain. Pengetahuan tentang
pengenceran larutan ini penting agar praktikan dapat menyediakan larutan yang
pas untuk penelitian.
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Larutan adalah campuran homogeny
antara dua zat terlarut dan pelarut, pelarut yang umumnya digunakan adalah air,
untuk mengatakan zat pelarut dan terlarut dikenal istilah konsentrasi.
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara seperti persen per
berat (%/W) persen per volum (%/V), molaritas, molalitas, ppm, fraksimile, dan
lain-lain (Anynomous,2009).
Larutan encer dapat dibuat dari
larutan pekat dengan mengambil sejumlah larutan pekat dan ditambahkan air
dengan volume tertentu jumlah larutan pekat yang di ambil dan air yang
ditambahkan dihitung dengan rumus (Syukri,1999).
M₁V₁ =
M₂
V₂
Dalam pekerjaan sehari-hari
dilaboratorium biasanya menggunakan larutan yang lebih rendah konsentrasinya dengan
menambahkan pelarutnya. Banyak laboratorium membuat larutan senyawa yang pekat
dengan menggunakan aquades biasanya sangat ekonomis. Biasanya larutan ini
sangat pekat dan harus diencerkan, proses pengenceran adalah mencampur larutan
tersebut (Syukri,1999).
Pada percobaan umumnya asam-asam
anorganik berupa cairan pekat ada yang berasap atau bersifat korosif, zat cair
organic umumnya bersifat mudah menguap dan mudah terbakar. Asam-asam anorganik
dan beberapa cairan organic sering harus disiapkan sebagai sediaan berupa
larutannya yang lebih encer dalam suatu pelarut (Mulyono,2005).
Teknik pengenceran melibatkan teknik
pengukuran volume dan teknik pelarutan. Tentang kedua teknik ini beberapa hal
harus diperhatikan seperti diuraikan berikut ini (Mulyono,2005).
Hitung volum cairan pekat dan volum
aquades yang akan diukur dan disiapkan didalam gelas kimia. Teknik pengenceran
dari larutan kurang pekat menjadi larutan yang lebih encer lebih mudah
dilakukan dan tidak diperlukan diruang asam (Mulyono,2005).
Satuan konsentrasi dilakukan
berdasarkan tujuan pengukuran. Keuntungan penggunaan molaritas adalah karena
biasanya lebih mudah untuk mengukur volume. Molaritas tidak tergantung pada
suhu, sebab konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol zat terlarut dan massa
pelarut, sedangkan pada volume larutan
umumnya meningkatkan suhu. Larutan yang memiliki molaritas 0,1M pada 25⁰C
mungkin menjadi 0,97 M pada 45⁰C karena volumenya meningkat (Chang,2004).
Kadang-kadang diperlukan persiapan
larutan encer dengan konsentrasi tertentu dari suatu larutan yang lebih pekat
dengan cara menambahkan pelarut murni. Andaikan konsentrasi awal (molaritas)
diketahui sebagai Cf dan volume awalnya V, jumlah zat terlarutnya ialah (Cf mol
C) (Cf L) = CpVp ini tidak berubah karena pengenceran menjadi volume akhir Vf
karena hanya pelarut dan bukan zat terlarut yang ditambahkan (Norman,1998).
Cf = Vf =
Cp.Vp
Molaritas akhirnya adalah:
Cf
=
=
2.2 Tinjauan Bahan
2.2.1 Aquades
Aquades tersusun atas hydrogen
perixida maksimal 49.9%, aquades ini berwarna putih bening seperti air. Aquades
adalah air biasa yang telah mengalami penyulingan sehingga tidak memiliki
kandungan mineral apapun dan juga ridak ada campuran apapun, berperan sebagai
pelarut (Fatih,2008).
2.2.2
NaCl disebut juga sebagai garam,
secara fisik NaCl tidak berbau dan berbentuk serbuk putih, memiliki titik didih
(2575 F) 1413 t. NaCl atau garam stabil dibawah kondisi biasa penggunaan dan
penyimpanan, berbahaya bila terjadi dekomposisi produk saat dipanaskan diatas
801⁰C
(1474 F) mengeluarkan asap beracun klorida dan natrium oksida. Adapun efek
kesehatan yang terjadi bila terhirup gasnya yaitu iritasi ringan pada selaput
lendir hidung dan tenggorokan, bila tertelan dalam jumlah besar (dosis besar)
dehidrasi dan kemacetan terjadi sebagai organ internal dan jika kontak langsung
dengan mata maka akan menjadi iritasi ringan
2.2.3 Gula (sukrosa)
Sukrosa berwarna Kristal putih
dan atau bubuk. Memiliki titik lebur 160⁰-180⁰C (berkomposisi) densitas atau
massa jenisnya 1,5 g/cm kelarutan dalam air bersifat substansial, memiliki
indeks bias dan bersifat mudah terbakar. Tidak kompantibel dengan agen oksida
yang kuat invertasi hydrolyzed oleh asam dan encer. Taksologi bubuk menyebabkan
iritasi pernafasan tidak berbahaya untuk darat, udara dan laut. Perlindungan
pribadi saat ini tidak berbahaya bagi kesehatan (faith,2008).
2.2.4 Asam Sulfat (H₂SO₄)
Sinonimnya adalah minyak vitrol,
memiliki sifat murni tidak dapat ditemukan secara alami dibumi oleh karena
sifatnya yang higrokopis. Penampilannya bisa bening, cair, tidak berwarna dan
tidak berbau. Identifikasi bahaya sangat berbahaya dalam kasus kulit kontak
(korosif,intan,permiator) kontak mata (iritasi,korosif) dan inhasi. Cair atau
kabut semprotan dapat menghasilkan kerusakan jaringan (selaput lendir, mata,
mulut, dan saluran pernafasan) inhasi kabut semprot dapat menghasilkan iritasi
parah pernafasan saluran ditandai dengan batuk, tersedak atau sesak nafas parah
(over eksposis dapat mengakibatkan kematian) peradangan mata ditandai dengan
kemerahan berair dan gatal-gatal. Radang kulit ditandai dengan gatal-gatal,
memerah atau blistering
DAFTAR PUSTAKA
Chang,Raymond. 2004. Kimia
dasar. Jakarta : Erlangga
Syukri. 1999. Kimia
dasar. Bandung : ITB press
Norman,H Nachtrieg. 1998. Prinsip-prinsip kimia. Jakarta : Erlangga
Mulyono. 2005. Membuat
reagen kimia dilaboratorium. Jakarta : Bumi Aksara
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR 1
PENGENCERAN LARUTAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Larutan merupakan campuran
homogeny antara dua larutan zat yang berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari
sering kita membuat the dan terkadang terlalu manis dan kita biasanya
menambahkan air yang merupakan pelarut, itu merupakan gambaran secara umum
tentang pengenceran. Dalam dunia pendidikan biasanya bahan yang digunakan yakni
bahan kimia, maka dalam pengerjaannya harus lebih hati-hati sehingga tidak
membahayakan bagi diri sendiri maupun orang lain. Pengetahuan tentang
pengenceran larutan ini penting agar praktikan dapat menyediakan larutan yang
pas untuk penelitian.
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Larutan adalah campuran homogeny
antara dua zat terlarut dan pelarut, pelarut yang umumnya digunakan adalah air,
untuk mengatakan zat pelarut dan terlarut dikenal istilah konsentrasi.
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara seperti persen per
berat (%/W) persen per volum (%/V), molaritas, molalitas, ppm, fraksimile, dan
lain-lain (Anynomous,2009).
Larutan encer dapat dibuat dari
larutan pekat dengan mengambil sejumlah larutan pekat dan ditambahkan air
dengan volume tertentu jumlah larutan pekat yang di ambil dan air yang
ditambahkan dihitung dengan rumus (Syukri,1999).
M₁V₁ =
M₂
V₂
Dalam pekerjaan sehari-hari
dilaboratorium biasanya menggunakan larutan yang lebih rendah konsentrasinya dengan
menambahkan pelarutnya. Banyak laboratorium membuat larutan senyawa yang pekat
dengan menggunakan aquades biasanya sangat ekonomis. Biasanya larutan ini
sangat pekat dan harus diencerkan, proses pengenceran adalah mencampur larutan
tersebut (Syukri,1999).
Pada percobaan umumnya asam-asam
anorganik berupa cairan pekat ada yang berasap atau bersifat korosif, zat cair
organic umumnya bersifat mudah menguap dan mudah terbakar. Asam-asam anorganik
dan beberapa cairan organic sering harus disiapkan sebagai sediaan berupa
larutannya yang lebih encer dalam suatu pelarut (Mulyono,2005).
Teknik pengenceran melibatkan teknik
pengukuran volume dan teknik pelarutan. Tentang kedua teknik ini beberapa hal
harus diperhatikan seperti diuraikan berikut ini (Mulyono,2005).
Hitung volum cairan pekat dan volum
aquades yang akan diukur dan disiapkan didalam gelas kimia. Teknik pengenceran
dari larutan kurang pekat menjadi larutan yang lebih encer lebih mudah
dilakukan dan tidak diperlukan diruang asam (Mulyono,2005).
Satuan konsentrasi dilakukan
berdasarkan tujuan pengukuran. Keuntungan penggunaan molaritas adalah karena
biasanya lebih mudah untuk mengukur volume. Molaritas tidak tergantung pada
suhu, sebab konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol zat terlarut dan massa
pelarut, sedangkan pada volume larutan
umumnya meningkatkan suhu. Larutan yang memiliki molaritas 0,1M pada 25⁰C
mungkin menjadi 0,97 M pada 45⁰C karena volumenya meningkat (Chang,2004).
Kadang-kadang diperlukan persiapan
larutan encer dengan konsentrasi tertentu dari suatu larutan yang lebih pekat
dengan cara menambahkan pelarut murni. Andaikan konsentrasi awal (molaritas)
diketahui sebagai Cf dan volume awalnya V, jumlah zat terlarutnya ialah (Cf mol
C) (Cf L) = CpVp ini tidak berubah karena pengenceran menjadi volume akhir Vf
karena hanya pelarut dan bukan zat terlarut yang ditambahkan (Norman,1998).
Cf = Vf =
Cp.Vp
Molaritas akhirnya adalah:
Cf
=
=
2.2 Tinjauan Bahan
2.2.1 Aquades
Aquades tersusun atas hydrogen
perixida maksimal 49.9%, aquades ini berwarna putih bening seperti air. Aquades
adalah air biasa yang telah mengalami penyulingan sehingga tidak memiliki
kandungan mineral apapun dan juga ridak ada campuran apapun, berperan sebagai
pelarut (Fatih,2008).
2.2.2
NaCl disebut juga sebagai garam,
secara fisik NaCl tidak berbau dan berbentuk serbuk putih, memiliki titik didih
(2575 F) 1413 t. NaCl atau garam stabil dibawah kondisi biasa penggunaan dan
penyimpanan, berbahaya bila terjadi dekomposisi produk saat dipanaskan diatas
801⁰C
(1474 F) mengeluarkan asap beracun klorida dan natrium oksida. Adapun efek
kesehatan yang terjadi bila terhirup gasnya yaitu iritasi ringan pada selaput
lendir hidung dan tenggorokan, bila tertelan dalam jumlah besar (dosis besar)
dehidrasi dan kemacetan terjadi sebagai organ internal dan jika kontak langsung
dengan mata maka akan menjadi iritasi ringan
2.2.3 Gula (sukrosa)
Sukrosa berwarna Kristal putih
dan atau bubuk. Memiliki titik lebur 160⁰-180⁰C (berkomposisi) densitas atau
massa jenisnya 1,5 g/cm kelarutan dalam air bersifat substansial, memiliki
indeks bias dan bersifat mudah terbakar. Tidak kompantibel dengan agen oksida
yang kuat invertasi hydrolyzed oleh asam dan encer. Taksologi bubuk menyebabkan
iritasi pernafasan tidak berbahaya untuk darat, udara dan laut. Perlindungan
pribadi saat ini tidak berbahaya bagi kesehatan (faith,2008).
2.2.4 Asam Sulfat (H₂SO₄)
Sinonimnya adalah minyak vitrol,
memiliki sifat murni tidak dapat ditemukan secara alami dibumi oleh karena
sifatnya yang higrokopis. Penampilannya bisa bening, cair, tidak berwarna dan
tidak berbau. Identifikasi bahaya sangat berbahaya dalam kasus kulit kontak
(korosif,intan,permiator) kontak mata (iritasi,korosif) dan inhasi. Cair atau
kabut semprotan dapat menghasilkan kerusakan jaringan (selaput lendir, mata,
mulut, dan saluran pernafasan) inhasi kabut semprot dapat menghasilkan iritasi
parah pernafasan saluran ditandai dengan batuk, tersedak atau sesak nafas parah
(over eksposis dapat mengakibatkan kematian) peradangan mata ditandai dengan
kemerahan berair dan gatal-gatal. Radang kulit ditandai dengan gatal-gatal,
memerah atau blistering
DAFTAR PUSTAKA
Chang,Raymond. 2004. Kimia
dasar. Jakarta : Erlangga
Syukri. 1999. Kimia
dasar. Bandung : ITB press
Norman,H Nachtrieg. 1998. Prinsip-prinsip kimia. Jakarta : Erlangga
Mulyono. 2005. Membuat
reagen kimia dilaboratorium. Jakarta : Bumi Aksara
Fatih.2008 kok ga ada di dapus kak? makasih kak
BalasHapus