LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM
REPRODUKSI
BAB 1
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Sering kita
mendengar istilah reproduksi, yaitu salah satu ciri makhluk hidup
yang berupaya mempertahankan keturunannya. Dalam reproduksi kita
mengalami banyak tahapan. Dalam al-quran di jelaskan sesungguhnya
manusia di ciptakan dari air yang hina, yang setelah di kaji lebih
lanjut dalam bidang biologi di ketahui bahwa air yang di maksud
adalah sperma, yang mengandung kode genetic yang akan di wariskan
dalam beberapa tahap yang di sebut spermatogenesis.
Sebagai ahli
biologi kita harus mengetahui bagaimana terbentuknya alat reproduksi
baik pada hewan maupun tumbuhan, itu sebabnya mengapa kita perlu
perlu melakukan percobaan ini.
BAB 2
DASAR TEORI
2.1. Reproduksi tumbuhan
2.1.1. Bagian-bagian Bunga
Bunga pada umunya memiliki
bagian-bagian sebagai berikut (Tjitrosoepomo,1985):
- Tangkai bunga (pedi cellus), yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat batang. Padanya seringkali terdapat daun-daun peralihan yaitu bagian-bagian yang menyerupai daun, berwarna hijau, yang seakan-akan merupakan peralihan dari daun biasa ke hiasan bunga.
- Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai yang seringkali melebar dengan ruas-ruas yang amat pendek. Sehingga daun-daun yang telah mengalami metamorphosis menjadi bagian-bagian bunga yang duduk amat rapat satu sama lain, bahkan biasanya lalu tampak duduk dalam satu lingkaran.
- Hiasan bunga (perianthum), yaitu bagian bunga yang merupakan penjelma’an daun yang masih nampak berbentuk lembaran dengan tulang-tulang atau urat-urat yang masih jelas. Biasanya hiasan bunga dapat di bedakan dalam satu lingkaran. Jadi bagian-bagian hiasan bunga ini umumnya tersusun dalam dua lingkaran (Tjitrosoepomo,1985):
- Kelopak (kalyk), yaitu bagian hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar. Biasanya berwarna hijau dan sewaktu masih kuncup merupakan selubungnya yang melindungi kuncup tadi terhadap pengaruh dari luar. Kelopak terdiri atas beberapa daun kelopak (sepala). Daun-daun pada bunga dapat berlekatan satu sama lain dapat pula terpisah-pisah.
- Tajuk bunga atau mahkota bunga (corolla), yaitu bagian hiasan bunga yang terdapat pada lingkaran dalam biasanya tidak berwarna hijau lagi. Warna bagian inilah yang lazimnya merupakan warna bunga. Mahkota bunga terdiri atas sejumlah daun mahkota (petala), yang seperti halnya dengan daun-daun kelopak dapat berlekatan atau tidak.
Pada suatu bunga seringkali tidak kita
dapati hiasan bunganya. Bunga yang demikian dinamakan bunga telanjang
(flosnudus), misalnya pada patikan (Euphorbia hirata l)atau
hiasan bunga tadi tidak dapat di bedakan dalam kelopak dan
mahkotanya. Dengan kata lain kelopak dan mahkota sama, baik bentuk
maupun warnanya. Hiasan bunga yang demikian sifatnya dinamakan tenda
bunga (perigantum) yang terdiri atas sejumlah daun tenda bunga
(tepala), misalnya pada kembang sunsang (Gloriosa superba. L)
lilia gereja (Lilium longiflorum. Thumb).
- Alat-alat kelamin jantan (androecium), bagian ini sesungguhnya juga merupakan metamorphosis daun yang menghasilkan serbuk sari (stamen). Pada bunga, benang sarinya dapat pula bebas atau berlekatan. Ada yang tersusun dalam satu lingkaran adapula yang dalam 2 lingkaran. Bahwasannya bagian ini merupakan penjelmaan daun.
- Alat-alat kelamin betina (gynaecium) yang pada bunga merupakan bagian yang biasanya di sebut putik (pistillum). Juga putik terdiri atas metamorphosis daun yang di sebut daun buah (carpella). Pada bunga dapat di temukan satu atau beberapa putik, dan setiap putik dapat terdiri atas beberapa daun buah, maka biasanya semuanya akan tersusun sebagai lingkaran bagian-bagian bunga yang terakhir (Tjitrosoepomo,1985).
2.1.2. macam-macam bunga
Melihat
bagian-bagian yang terdapat pada bunga, maka bunga dapat di bedakan
dalam (Tjitrosoepomo, 1985):
- Bunga lengkap/sempurna (flos completes), yang dapat terdiri atas : 1 lingkaran daun-daun kelopak, 1 lingkaran daun-daun mahkota, 1 atau 2 lingkaran benang-benang sari, dan 1 lingkaran daun-daun buah. Bunga yang bagian-bagiannya tersusun dalam 4 lingkaran dikatakan bersifat tetrasiklik dan jika bagian-bagiannya tersusun dalam 5 lingkaran pentasiklik.
- Bunga tidak lengkap/bunga tidak sempurna (flos incompletes), jika salah satu bagian hiasan bunganya atau salah satu alat kelaminnya tidak ada. Jika bunga tidak memiliki hiasan bunga, maka bunga itu di sebut bunga telanjang (nudus). Jika kelopak dan mahkotanya sama bentuk maupun rupanya seringkali di anggap bunga yang tidak lengkap pola.
Berdasarkan alat
kelamin yang terdapat pada masing-masing bunga, orang membedakan
(Tjitrosoepomo,1985):
- Bunga berkelamin 2 (hermaphroaitus), yaitu bunga yang padanya terdapat benang sari (alat kelamin jantan) maupun putik (betina). Bunga ini seringkali dinamakan pula bunga sempurna/lengkap karena biasanya pun jelas mempunyai hiasan bunga yang terdiri atas kelopak dan mahkota.
- Bunga yang berkelamin tunggal (unisexsual), jadi pada bunga hanya terdapat salah satu dari kedua macam alat kelaminnya:
- Bunga jantan (flos masculus), jika pada bunga hanya terdapat benang sari tanpa putik.
- Bunga betina (flos feminus), jika bunga tidak memiliki benang sari, hanya putik saja.
- Bunga mandul/tidak berkelamin, jika pada bunga tidak terdapat benang sari maupun putik.
Bertalian dengan
kelamin bunga yang terdapat pada suatu tumbuhan orang membedakan
tumbuhan yang (Tjitrosoepomo, 1985):
- Berumah satu (monoecus), yaitu tumbuhan yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu (satu batang tumbuhan).
- Berumah dua (diecus) jika bunga jantan dan bunga betina terpisah tempatnya. Ada individu yang mendukung bunga jantan saja da nada individu yang hanya mendukung bunga betina saja.
- Poligami (polygamous), jika pada suatu tumbuhan terdapat bunga jantan , bunga betina dan bunga banci bersama-sama.
Selain itu, pada
tumbuhan yang mempunyai jumlah bunga besar dapat (Tjitrosoepomo,
1985):
- Terpecam atau terpisah-pisah misalnya bunga sepatu.
- Berkumpul membentuk suatu rangkaian dengan susunan yang beraneka ragam. Suatu rangkaian bunga dinamakan pola bunga majemuk (anthofaxis atau inflorescentia) misalnya bunga merak.
1.2.3. Pembentukan Gamet
Semua gamet yang
terlibat dalam reproduksi generative di hasilkan melalui proses
meiosis. Pda pembentukan gamet jantan (mikrosporogenesis) empat sel
haploid di hasilkan dari setiap pembelahan meiosis yang lengkap.
Sel-sel ini di sebuk mikrospora. Mikrospora ini kemudian masak
menjadi serbuk (pollen grans) pada kepala sari (arther). Sebelum
penyerbukan, inti sel di dalam serbuk sari membelah secara mitosis
membentuk 2 inti sel, satu di antaranya yaitu inti sel tabung, tetap
utuh, inti sel yang lain akan membelah sekali lagi membentuk 2 inti
generative atau inti sperma. Jadi hasilnya ialah satu butir serbuk
sari yang terdiri dari 3 inti sel yang masing-masing mempunyai
kromosom 1n (weish, 1991).
Selanjutnya akan
terjadi antesis yaitu pemasakan kepala sari yang di ikuti dengan
pemanjangan tangkai sari (filament) pada bunga, jenis perpanjangan
tangkai ini bertujuan agar kepala sari mencuat dari bunga. Dengan
cara demikian, serbuk sari akan mudah tersebar ke tumbuhan lainnya.
Pada puncak pemasakan kepala sari akan terbuka atau pecah untuk
menyebarkan butir serbuk sari yang masak (weish,1991).
Pada pembentukan
gamet betina (megasporogenesis) ada empat sel haploid, 3 diantaranya
di hasilkan melalui meiosis di dalam sel induk megaspore yang berasal
dari regenerasi sebelumnya. Sel yang tertinggal membesar menjadi
kandung embrio. Berlangsung tiga tahap pembelahan mitosis sehingga
tercapai delapan inti sel 1n yang akan bergerak pada posisi 1 sel
telur dan 2 sel sinergid terletak di ujung ovarium dekat dengan
mikrofil. Tiga sel antipoda terletak di ujung ovarium berlawanan
dengan mikrofil dan 2 inti sel polar terletak di tengah-tengah
kandung embrio (Weish,1991).
Mikrosporogenesis
ialah gametogenesis yang berlangsung di dalam bagian jantan dan
menghasilkan serbuk sari. Sebuah sel induk mikrospora diploid
(mikrosporosit) dalam antenna mula-mula mengalami meiosis 1 dan
menghasilkan sepasang sel haploid. Meiosis 2 menghasilkan 4
mikrospora haploid yang berkelompok menjadi satu. Tiap mikrospora
mengalami karyokinesis (intinya membelah biasa) sehingga memiliki 2
inti haploid (Suryo, 2005).
Megasporogenesis
ialah gametogenesis yang berlangsung di dalam bagian betina suatu
bunga yang di sebut bakal buah atau ovarium dan menghasilkan kandung
lembaga. Sebuah sel induk megaspore diploid (megasporosit) dalam
ovarium mengalami meiosis 1, menghasilkan 2 sel diploid, meiosis 2
menghasilkan 4 megaspora yang tertinggal dan mengalami degenerasi dan
mati. Sebuah megaspore yang tertinggal dan masih mengalami pembelahan
kromosom secara mitosis tiga kali berturut-turut tanpa mengalami
pembelahan plasma. Hasilnya adalah sebuah sel besar (kandung lembaga
muda) yang mengandung 8 inti haploid. 3 dari 8 inti tadi menempatkan
diri di dekat mikrofil tetapi 2 di antaranya (sinergid) mengalami
degenerasi. Inti yang dekat atau yang ke tiga berkembang menjadi sel
telur. Tiga buah inti yang lainnya (antipoda) bergerak kearah yang
berlawanan. Tetapi kemudian mengalami degenerasi juga. Sisanya dua
inti (inti kutub) kemudian bersatu di tengah kandung lembaga dan
terjadilah sebuah inti diploid (2n) kini kandung lembaga yang sudah
masak (megagametofit) telah siap untuk di buahi (Suryo, 2005).
2.2 Reproduksi Hewan
2.2.1. Gametogenesis
Spermatogenesis
ialah gametogenesis pada hewan jantan. Sel-sel primordial diploid di
dalam testis membelah secara mitosis berkali-kali dan membentuk
spermatogonium. Selama pertumbuhannya sel ini membentuk sel
spermatosit primer (diploid) yang kemudian membelah secara meiosis.
Hasilnya berupa 2 buah sel spermatosit sekunder yang masing-masing
haploid selanjutnya sel-sel ini mengalami meiosis 2 dan menghasilkan
4 spermatid haploid. Selama proses maturasi terbentuklah bagian
seperti ekor dan tiap-tiap spermatid menjadi gamet jantan yang di
namakan spermatozoa (Suryo, 2005).
Spermatogenesis
adalah proses perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa dan
berlangsung sekitar 64 hari (kurang lebih 4 hari). Spermatogonia
terletak berdekatan dengan membrane basalis tubulus seminiferous yang
berpoliferasi melalui mitosis dan berdiferensiasi menjadi spermatosit
primer. Setelah itu mengalami pembelahan meiosis untuk membentuk 2
spermatosit sekunder. Tiap akhir spermatogenesis adalah maturasi
spermatid menjadi spermatozoa (sperma). Sperma memiliki 1 kepala, 1
badan, dan 1 flagelum (ekor). Kepala berisi nucleus dan di lapisi
akrosom (tutup kepala) yang mengandung enzim di perlukan untuk
menembus ovum. Badan mengandung mitokondria yang memproduksi ATP yang
di perlukan untuk pergerakan goyangan flagellum mengakibatkan
mobilitas sperma (untuk berenang)(Setiadi, 2007).
2.2.2. Spermatozoa
Sel gamet pria
yang secara medis di sebut dengan spermatozoa merupakan sel utama
system reproduksi pria. Sel tersebut berbeda dengan sel tubuh yang
lain, baik dalam bentuk, fungsi maupun sifatnya. Dalam pembentukannya
pun, sel tersebut memiliki keunikan saat pembelahan dan
perkembangannya menjadi dewasa. Spermatozoa merupakan sel utama dari
system reproduksi pria, maka organ yang menghasilkannya seluruhnya
terjadi di dalam buah pelir atau testis (Djuwantono, 2007).
Seperti kita
ketahui bersama peranan seorang dalam proses reproduksi di tentukan
oleh baik tidaknya kualitas spermatozoa yang dimilikinya. Dengan
demikian analisis sperma tentu perlu di lakukan pada setiap
pemeriksaan infertilisasi. Syarat tercapainya hasil analisis sperma
yang di anggap baik antara lain (Permadi, 2008):
no |
Hal yang di amati
|
Nilai Normal
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8. |
Volume
PH
Konsentrasi
Jumlah total spermatozoa
Motilitas spermatozoa
Morfologi sperma
Vitalitas spermatozoa
Jumlah sel darah putih |
2ml atau lebih
7,2 sampai 8,0
20 juta spermatozoa/ml atau lebih
40 juta spermatozoa per ejakulasi
atau lebih
Dalam waktu 1 jam setelah ejakulasi
sebanyak 50% dari jumlah total spermatozoa yang hidup, masih
bergerak secara aktif.
30% atau lebih memiliki bentuk yang
normal
50% atau lebih dalam keadaan hidup
Lebih sedikit dari 1 sel/ml |
DAFTAR PUSTAKA
Djuwantono.2007. hanya tujuh hari
memahami infertilisasi. Bandung : PT Refika Aditama
Permudi,wirunggamar.2008. hanya
tujuhhari memahami fertilisasi inverto.Bandung: PT Refika Aditama
Setiadi.2007. anatomi dan fisiologi
manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Suryo.2005. genetika strata
1.Yogyakarta : UGM press
Tjitrosoepomo,gembong.1985. morfologi
tumbuhan. Yogyakarta : UGM press
Weish, james R dkk. 1991. Dasar-dasar
genetika dan permulaan tanaman.jakarta :Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar