Senin, 13 Agustus 2012

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM REPRODUKSI

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM
REPRODUKSI
BAB 1
PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang
Sering kita mendengar istilah reproduksi, yaitu salah satu ciri makhluk hidup yang berupaya mempertahankan keturunannya. Dalam reproduksi kita mengalami banyak tahapan. Dalam al-quran di jelaskan sesungguhnya manusia di ciptakan dari air yang hina, yang setelah di kaji lebih lanjut dalam bidang biologi di ketahui bahwa air yang di maksud adalah sperma, yang mengandung kode genetic yang akan di wariskan dalam beberapa tahap yang di sebut spermatogenesis.
Sebagai ahli biologi kita harus mengetahui bagaimana terbentuknya alat reproduksi baik pada hewan maupun tumbuhan, itu sebabnya mengapa kita perlu perlu melakukan percobaan ini.
BAB 2
DASAR TEORI
2.1. Reproduksi tumbuhan
2.1.1. Bagian-bagian Bunga
Bunga pada umunya memiliki bagian-bagian sebagai berikut (Tjitrosoepomo,1985):
  1. Tangkai bunga (pedi cellus), yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat batang. Padanya seringkali terdapat daun-daun peralihan yaitu bagian-bagian yang menyerupai daun, berwarna hijau, yang seakan-akan merupakan peralihan dari daun biasa ke hiasan bunga.
  2. Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai yang seringkali melebar dengan ruas-ruas yang amat pendek. Sehingga daun-daun yang telah mengalami metamorphosis menjadi bagian-bagian bunga yang duduk amat rapat satu sama lain, bahkan biasanya lalu tampak duduk dalam satu lingkaran.
  3. Hiasan bunga (perianthum), yaitu bagian bunga yang merupakan penjelma’an daun yang masih nampak berbentuk lembaran dengan tulang-tulang atau urat-urat yang masih jelas. Biasanya hiasan bunga dapat di bedakan dalam satu lingkaran. Jadi bagian-bagian hiasan bunga ini umumnya tersusun dalam dua lingkaran (Tjitrosoepomo,1985):
  1. Kelopak (kalyk), yaitu bagian hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar. Biasanya berwarna hijau dan sewaktu masih kuncup merupakan selubungnya yang melindungi kuncup tadi terhadap pengaruh dari luar. Kelopak terdiri atas beberapa daun kelopak (sepala). Daun-daun pada bunga dapat berlekatan satu sama lain dapat pula terpisah-pisah.
  2. Tajuk bunga atau mahkota bunga (corolla), yaitu bagian hiasan bunga yang terdapat pada lingkaran dalam biasanya tidak berwarna hijau lagi. Warna bagian inilah yang lazimnya merupakan warna bunga. Mahkota bunga terdiri atas sejumlah daun mahkota (petala), yang seperti halnya dengan daun-daun kelopak dapat berlekatan atau tidak.
Pada suatu bunga seringkali tidak kita dapati hiasan bunganya. Bunga yang demikian dinamakan bunga telanjang (flosnudus), misalnya pada patikan (Euphorbia hirata l)atau hiasan bunga tadi tidak dapat di bedakan dalam kelopak dan mahkotanya. Dengan kata lain kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya. Hiasan bunga yang demikian sifatnya dinamakan tenda bunga (perigantum) yang terdiri atas sejumlah daun tenda bunga (tepala), misalnya pada kembang sunsang (Gloriosa superba. L) lilia gereja (Lilium longiflorum. Thumb).
  1. Alat-alat kelamin jantan (androecium), bagian ini sesungguhnya juga merupakan metamorphosis daun yang menghasilkan serbuk sari (stamen). Pada bunga, benang sarinya dapat pula bebas atau berlekatan. Ada yang tersusun dalam satu lingkaran adapula yang dalam 2 lingkaran. Bahwasannya bagian ini merupakan penjelmaan daun.
  2. Alat-alat kelamin betina (gynaecium) yang pada bunga merupakan bagian yang biasanya di sebut putik (pistillum). Juga putik terdiri atas metamorphosis daun yang di sebut daun buah (carpella). Pada bunga dapat di temukan satu atau beberapa putik, dan setiap putik dapat terdiri atas beberapa daun buah, maka biasanya semuanya akan tersusun sebagai lingkaran bagian-bagian bunga yang terakhir (Tjitrosoepomo,1985).
2.1.2. macam-macam bunga
Melihat bagian-bagian yang terdapat pada bunga, maka bunga dapat di bedakan dalam (Tjitrosoepomo, 1985):
  1. Bunga lengkap/sempurna (flos completes), yang dapat terdiri atas : 1 lingkaran daun-daun kelopak, 1 lingkaran daun-daun mahkota, 1 atau 2 lingkaran benang-benang sari, dan 1 lingkaran daun-daun buah. Bunga yang bagian-bagiannya tersusun dalam 4 lingkaran dikatakan bersifat tetrasiklik dan jika bagian-bagiannya tersusun dalam 5 lingkaran pentasiklik.
  2. Bunga tidak lengkap/bunga tidak sempurna (flos incompletes), jika salah satu bagian hiasan bunganya atau salah satu alat kelaminnya tidak ada. Jika bunga tidak memiliki hiasan bunga, maka bunga itu di sebut bunga telanjang (nudus). Jika kelopak dan mahkotanya sama bentuk maupun rupanya seringkali di anggap bunga yang tidak lengkap pola.
Berdasarkan alat kelamin yang terdapat pada masing-masing bunga, orang membedakan (Tjitrosoepomo,1985):
  1. Bunga berkelamin 2 (hermaphroaitus), yaitu bunga yang padanya terdapat benang sari (alat kelamin jantan) maupun putik (betina). Bunga ini seringkali dinamakan pula bunga sempurna/lengkap karena biasanya pun jelas mempunyai hiasan bunga yang terdiri atas kelopak dan mahkota.
  2. Bunga yang berkelamin tunggal (unisexsual), jadi pada bunga hanya terdapat salah satu dari kedua macam alat kelaminnya:
  1. Bunga jantan (flos masculus), jika pada bunga hanya terdapat benang sari tanpa putik.
  2. Bunga betina (flos feminus), jika bunga tidak memiliki benang sari, hanya putik saja.
  3. Bunga mandul/tidak berkelamin, jika pada bunga tidak terdapat benang sari maupun putik.
Bertalian dengan kelamin bunga yang terdapat pada suatu tumbuhan orang membedakan tumbuhan yang (Tjitrosoepomo, 1985):
  1. Berumah satu (monoecus), yaitu tumbuhan yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu (satu batang tumbuhan).
  2. Berumah dua (diecus) jika bunga jantan dan bunga betina terpisah tempatnya. Ada individu yang mendukung bunga jantan saja da nada individu yang hanya mendukung bunga betina saja.
  3. Poligami (polygamous), jika pada suatu tumbuhan terdapat bunga jantan , bunga betina dan bunga banci bersama-sama.
Selain itu, pada tumbuhan yang mempunyai jumlah bunga besar dapat (Tjitrosoepomo, 1985):
  1. Terpecam atau terpisah-pisah misalnya bunga sepatu.
  2. Berkumpul membentuk suatu rangkaian dengan susunan yang beraneka ragam. Suatu rangkaian bunga dinamakan pola bunga majemuk (anthofaxis atau inflorescentia) misalnya bunga merak.
1.2.3. Pembentukan Gamet
Semua gamet yang terlibat dalam reproduksi generative di hasilkan melalui proses meiosis. Pda pembentukan gamet jantan (mikrosporogenesis) empat sel haploid di hasilkan dari setiap pembelahan meiosis yang lengkap. Sel-sel ini di sebuk mikrospora. Mikrospora ini kemudian masak menjadi serbuk (pollen grans) pada kepala sari (arther). Sebelum penyerbukan, inti sel di dalam serbuk sari membelah secara mitosis membentuk 2 inti sel, satu di antaranya yaitu inti sel tabung, tetap utuh, inti sel yang lain akan membelah sekali lagi membentuk 2 inti generative atau inti sperma. Jadi hasilnya ialah satu butir serbuk sari yang terdiri dari 3 inti sel yang masing-masing mempunyai kromosom 1n (weish, 1991).
Selanjutnya akan terjadi antesis yaitu pemasakan kepala sari yang di ikuti dengan pemanjangan tangkai sari (filament) pada bunga, jenis perpanjangan tangkai ini bertujuan agar kepala sari mencuat dari bunga. Dengan cara demikian, serbuk sari akan mudah tersebar ke tumbuhan lainnya. Pada puncak pemasakan kepala sari akan terbuka atau pecah untuk menyebarkan butir serbuk sari yang masak (weish,1991).
Pada pembentukan gamet betina (megasporogenesis) ada empat sel haploid, 3 diantaranya di hasilkan melalui meiosis di dalam sel induk megaspore yang berasal dari regenerasi sebelumnya. Sel yang tertinggal membesar menjadi kandung embrio. Berlangsung tiga tahap pembelahan mitosis sehingga tercapai delapan inti sel 1n yang akan bergerak pada posisi 1 sel telur dan 2 sel sinergid terletak di ujung ovarium dekat dengan mikrofil. Tiga sel antipoda terletak di ujung ovarium berlawanan dengan mikrofil dan 2 inti sel polar terletak di tengah-tengah kandung embrio (Weish,1991).
Mikrosporogenesis ialah gametogenesis yang berlangsung di dalam bagian jantan dan menghasilkan serbuk sari. Sebuah sel induk mikrospora diploid (mikrosporosit) dalam antenna mula-mula mengalami meiosis 1 dan menghasilkan sepasang sel haploid. Meiosis 2 menghasilkan 4 mikrospora haploid yang berkelompok menjadi satu. Tiap mikrospora mengalami karyokinesis (intinya membelah biasa) sehingga memiliki 2 inti haploid (Suryo, 2005).
Megasporogenesis ialah gametogenesis yang berlangsung di dalam bagian betina suatu bunga yang di sebut bakal buah atau ovarium dan menghasilkan kandung lembaga. Sebuah sel induk megaspore diploid (megasporosit) dalam ovarium mengalami meiosis 1, menghasilkan 2 sel diploid, meiosis 2 menghasilkan 4 megaspora yang tertinggal dan mengalami degenerasi dan mati. Sebuah megaspore yang tertinggal dan masih mengalami pembelahan kromosom secara mitosis tiga kali berturut-turut tanpa mengalami pembelahan plasma. Hasilnya adalah sebuah sel besar (kandung lembaga muda) yang mengandung 8 inti haploid. 3 dari 8 inti tadi menempatkan diri di dekat mikrofil tetapi 2 di antaranya (sinergid) mengalami degenerasi. Inti yang dekat atau yang ke tiga berkembang menjadi sel telur. Tiga buah inti yang lainnya (antipoda) bergerak kearah yang berlawanan. Tetapi kemudian mengalami degenerasi juga. Sisanya dua inti (inti kutub) kemudian bersatu di tengah kandung lembaga dan terjadilah sebuah inti diploid (2n) kini kandung lembaga yang sudah masak (megagametofit) telah siap untuk di buahi (Suryo, 2005).
2.2 Reproduksi Hewan
2.2.1. Gametogenesis
Spermatogenesis ialah gametogenesis pada hewan jantan. Sel-sel primordial diploid di dalam testis membelah secara mitosis berkali-kali dan membentuk spermatogonium. Selama pertumbuhannya sel ini membentuk sel spermatosit primer (diploid) yang kemudian membelah secara meiosis. Hasilnya berupa 2 buah sel spermatosit sekunder yang masing-masing haploid selanjutnya sel-sel ini mengalami meiosis 2 dan menghasilkan 4 spermatid haploid. Selama proses maturasi terbentuklah bagian seperti ekor dan tiap-tiap spermatid menjadi gamet jantan yang di namakan spermatozoa (Suryo, 2005).
Spermatogenesis adalah proses perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa dan berlangsung sekitar 64 hari (kurang lebih 4 hari). Spermatogonia terletak berdekatan dengan membrane basalis tubulus seminiferous yang berpoliferasi melalui mitosis dan berdiferensiasi menjadi spermatosit primer. Setelah itu mengalami pembelahan meiosis untuk membentuk 2 spermatosit sekunder. Tiap akhir spermatogenesis adalah maturasi spermatid menjadi spermatozoa (sperma). Sperma memiliki 1 kepala, 1 badan, dan 1 flagelum (ekor). Kepala berisi nucleus dan di lapisi akrosom (tutup kepala) yang mengandung enzim di perlukan untuk menembus ovum. Badan mengandung mitokondria yang memproduksi ATP yang di perlukan untuk pergerakan goyangan flagellum mengakibatkan mobilitas sperma (untuk berenang)(Setiadi, 2007).
2.2.2. Spermatozoa
Sel gamet pria yang secara medis di sebut dengan spermatozoa merupakan sel utama system reproduksi pria. Sel tersebut berbeda dengan sel tubuh yang lain, baik dalam bentuk, fungsi maupun sifatnya. Dalam pembentukannya pun, sel tersebut memiliki keunikan saat pembelahan dan perkembangannya menjadi dewasa. Spermatozoa merupakan sel utama dari system reproduksi pria, maka organ yang menghasilkannya seluruhnya terjadi di dalam buah pelir atau testis (Djuwantono, 2007).
Seperti kita ketahui bersama peranan seorang dalam proses reproduksi di tentukan oleh baik tidaknya kualitas spermatozoa yang dimilikinya. Dengan demikian analisis sperma tentu perlu di lakukan pada setiap pemeriksaan infertilisasi. Syarat tercapainya hasil analisis sperma yang di anggap baik antara lain (Permadi, 2008):
no
Hal yang di amati
Nilai Normal
1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.
8.
Volume
PH
Konsentrasi
Jumlah total spermatozoa
Motilitas spermatozoa

Morfologi sperma
Vitalitas spermatozoa
Jumlah sel darah putih
2ml atau lebih
7,2 sampai 8,0
20 juta spermatozoa/ml atau lebih
40 juta spermatozoa per ejakulasi atau lebih
Dalam waktu 1 jam setelah ejakulasi sebanyak 50% dari jumlah total spermatozoa yang hidup, masih bergerak secara aktif.
30% atau lebih memiliki bentuk yang normal
50% atau lebih dalam keadaan hidup
Lebih sedikit dari 1 sel/ml

DAFTAR PUSTAKA
Djuwantono.2007. hanya tujuh hari memahami infertilisasi. Bandung : PT Refika Aditama
Permudi,wirunggamar.2008. hanya tujuhhari memahami fertilisasi inverto.Bandung: PT Refika Aditama
Setiadi.2007. anatomi dan fisiologi manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Suryo.2005. genetika strata 1.Yogyakarta : UGM press
Tjitrosoepomo,gembong.1985. morfologi tumbuhan. Yogyakarta : UGM press
Weish, james R dkk. 1991. Dasar-dasar genetika dan permulaan tanaman.jakarta :Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar