LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK INSTRUMENTASI
GENETIKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penggandaan DNA awalnya adalah
proses invivo. Namun seiring berkembangnya teknologi mulai di ciptakan alat
bisa menaik turunkan suhu secara cepat yang di sebut PCR.
PCR merupakan kepanjangan dari
polymerase chain reaction yang berfungsi mereplikasi DNA dari satu menjadi
banyak dalam waktu yang singkat. Pertama kali ditemukan oleh Kary Milis pada
tahun 1983 (Raven,2002).
Bukan hanya PCR yang telah
ditemukan, nemun juga ada electroforensis dan UV trasluminator yang akan
membantu praktikan mengetahui baerhasil tidak nya PCR mereplikasi DNA. Dengan mengetahui
dan mengerti alat-alat ini kedepannya akan membantu praktikan mengeksplorasi
susunan genetic makhluk hidup.
1.2
Manfaat
Dengan mempelajari alat-alat yang
digunakan untuk penggandaan DNA, nantinya praktikan dapat mempelajari DNA
dengan lebih detail dan membantu memahami tentang genetika pada semester
selanjutnya. Sehingga saat di adakan penelitian tentang gen. praktikan dapat
melakukannya dengan lebih benar sehingga tidak menghabiskan banyak waktu.
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 PCR
Teknik
PCR di dasarkan pada amplifikasi fragmen DNA secara spesifik dimana terjadi
penggandaan molekul DNA pada setiap siklusnya secara eksponensial dalam waktu
yang relative singkat. Secara umum proses ini dapat dikelompokkan dalam tiga
tahap berurutan yaitu denaturasi template, annealing (penempelan) pasangan
primer pada untai tunggal DNA target dan ekstention (pemanjangan atau
polymerase) sehingga diperoleh amplifikasi DNA antara 10₈ - 10₉ (Chanulfiffah,2003).
Pengklonan segmen-segmen DNA untuk
berbagai tujuan penggunaan (sequencing DNA) pada awalnya merupakan proses in
vivo yang relative merepotkan. Akan tetapi pada tahun 1985 dikembangkan sebuah
teknik in vitro, disebut polymerase chain reaction (PCR). Untuk membuat sekuens
DNA apapun dalam jumlah banyak tanpa perlu pengklonan menggunakan perpustakaan
atau bank gen. teknik PCR memerlukan serangkaian “primer” yang biasanya
merupakan potongan pendek. (sepanjang 12-20 nukleotida) dari DNA
(oligonukleotida) yang di sintesis secara kimia. Primer memiliki
sekuens-sekuens nukleotida yang komplementer spesifik terhadap sekuens-sekuens
pada untai berlawanan. Primer mengapit daerah target yang hendak di salin. Dengan
demikian primer membatasi ujung-ujung segmen DNA yang diduplikasi. Sumber
cetakan dalam jumlah yang amat kecil bisa digunakan sebagai inisiator PCR.
Sebagai contoh sel pipi bisa di korek dari sebelah dalam pipi dan di tempatkan
langsung ke dalam reaksi PCR (Elrad,2002).
2.2 Elektroforesis
Elektroforesis adalah teknik yang
memisahkan molekul-molekul berdasarkan bentuk, muatan netto dan berat
molekulernya dalam sebuah medan listrik, biasanya di atas medium penyokong
padat atau semipadat, misalnya kertas atau agarosa. Teknik tersebut digunakan
pertama kali pada tahun 1949 untuk membedakan hemoglobin sel sabit dari
hemoglobin normal (Elrad,2002).
Elektroforesis merupakan suatu
alat yang berfungsi untuk memisahkan DNA berdasarkan ukuran molekulnya. Pada
alat yang berfungsi memisahkan ini menggunakan tegangan sebesar 100V untuk
menarik DNA yang berada pada sumur-sumur agarosa yang telah dibuat
(Abbas,2004).
Elektroforesis adalah teknik
pemisahan komponen atau molekul bermuatan berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya
dalam sebuah medan listrik (Lewis,2003).
2.3 UV Transiluminator
Mesin UV transiluminator ini
memiliki prinsip kerja yaitu memperlihatkan atau mendeteksi adanya DNA yang
terbentuk dengan menggunakan sinar UV. DNA yang tersisipi etilium bromide akan berpendar
saat terkena sinar UV.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas,AR.2004. celluler
and molecular immunology souder camp. Pp 325-349
Bellati,JA. 2005. Immunology
and genetic. Yogyakarta :UGM press
Lewis,R.2003. human
genetic mc grand hills compass.bonston
Volk. 1984. Mikrobiologi
dasar jilid 1. Jakarta :Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar